Penjelasan Dan Studi Kasus Benchmarking
Dalam perkuliahan teknik industri, ada mata kuliah yang bernama Benchmarking and Performance Management. Saya rasa, mata kuliah benchmarking and performance manajemen juga didapat oleh mahasiswa-mahasiswa dari jurusan yang memiliki disiplin ilmu manajemen, seperti manajemen bisnis, manajemen ekonomi, hukum manajemen, agribisnis, kewirausahaan, dan lain-lain.
Dalam perkuliahan saya tersebut, dosen saya menjelaskan, kalau bencmarking adalah upaya membandingkan sistem satu dan sistem yang lain, sebagai parameter atau indeks dalam menggali informasi dan bisa dijadikan referensi untuk sistem tersebut agar bisa menyamai sistem pembanding, bahkan lebih baik lagi.
Ketika kita sedang dalam mengerjakan suatu proses atau langkah dimana baik input, proses, ataupun outputnya sudah terukur dan sudah mendapatkan nilainya, hasilnya sudah sesuai jika dibandingkan antara rencana dan real result. Namun ternyata kita masih juga tidak puas, dan menginginkan adanya informasi bila proses ini dilakukan orang, bagian, unit, departemen atau organisasi lain, apakah hasilnya adalah sama ?, lebih baik atau bahkan jadi lebih buruk?. Untuk mengetahui informasi tersebut anda dapat melakukan proses yang disebut benchmarking.
Pengertian Benchmarking
Apa yang dimaksud Benchmarking ?
Benchmarking adalah senuah proses yang biasa digunakan dalam manajemen dimana suatu unit/bagian/organisasi mengukur dan membandingkan kinerjanya terhadap aktivitas atau kegiatan serupa unit/bagian/organisasi lain yang sejenis baik secara internal maupun eksternal. Dari hasil benchmarking, suatu organisasi dapat melaukan estimasi, atau memperoleh gambaran dalam (insight) mengenai kondisi kinerja organisasi sehingga dapat mengadopsi best practice untuk meraih sasaran terbaik.
Ahli lain mengatakan, benchmarking adalah suatu proses Studi Banding dan mengukur suatu kegiatan perusahaan/organisasi terhadap proses operasi yang terbaik dikelasnya sebagai inspirasi dalam meningkatkan kinerja (performance) perusahaan/organisasi. Selain itu, benchmarking juga dapat mendorong perusahaan/ organisasi untuk menyiapkan suatu dasar untuk membangun rencana operasional praktek terbaik perusahaan dan menganjurkan meningkatkan perbaikan bagi seluruh komponen lingkungan perusahaan/organisasi.
Benchmarking dapat diartikan sebagai metode sistematis untuk melakukan identifikasi, pemahaman, dan secara kreatif mengembangkan proses, produk, layanan, untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Bencmarking merupakan pencarian secara berkesinambungan dan penerapan secara nyata praktik-praktik yang lebih baik yang mengarah pada kinerja kompetitif unggul (Gregory H. Watson).
Perlu diketahui bahwa proses benchmarking tidaklah harus peristiwa yang dilakukan dalam kurun waktu satu kali, namun bisa juga merupakan kegiatan continyu sehingga organisasi dapat memperoleh manfaat dalam meraih praktek aktifitas organisasi yang terbaik untuk mereka.
Metode Benchmarking
Benchmarking mempunyai banyak metode. Salah satu metode yang paling terkenal dan banyak diterapkan oleh instansi adalah metode 12, yang diperkenalkan oleh Robert Camp, dalam bukunya yang berjudul The search for industry best practices that lead to superior performance. Productivity Press Pada tahun 1989.
Langkah metode 12 terlalu banyak jika dijabarkan. Untuk mempermudah, metode 12 tersebut kita coba untuk diringkas menjadi 6 Langkah metode inti yakni :
- Identifikasi problem atau masalah, pertama pastikan tahun apa yang hendak kita dijadikan untuk subyek. Subjek disini dapat berupa proses, fungsi, output dll.
- Identifikasi industri/organisasi aktifitas/usaha serupa, sebagai contoh, jika anda menginginkan mengendalikan sumber daya karyawan sukarela di perusahaan, carilah perusahaan-perusahaan sejenis yang memiliki informasi sumber daya karyawan sukarela.
- Identifikasi industri yang menjadi pemimpin/leader di bidang usaha serupa, kita bisa melihat didalam asosiasi industri, survei, customer, majalah finansial yang mana industri yang menjadi top leader di bidang sejenis.
- Lakukan survei, kita bisa menggunakan survei kuantitatif atau kualitatif untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan sesuai problem yang diidentifikasi di langkah awal.
- Kunjungi best practice perusahaan, dimana hal ini dimaksudkan untuk mengidentifikasi key areas praktek usaha. Beberapa perusahaan biasanya mengizinkan bertukar informasi dalam suatu konsorsium dan share hasil didalam konsorsium tersebut.
- Implementasikan praktek bisnis yang baru dan sudah diperbaiki prosesnya. Setelah memperoleh best practice perusahaan, dan mendapatkan metode/teknik cara pengelolaannya, lakukan proyek peningkatan kinerja dan lakukan program aksi untuk implementasinya.
Tujuan Benchmarking
Penerapan benchmarking mempunyai tujuan untuk meningkatkan keunggulan kompetitif dengan memperbaiki kinerja usaha, meningkatkan produktivitas, memperbaiki mutu produk dan pelayanan dan sebagainya, dengan menggunakan kinerja pesaing utama atau perusahaan terkenal lainnya sebagai pembanding.
Klasifikasi Benchmarking
Benchmarking diklasifikasikan menjadi dua bagian, yaitu menurut subjectnya dan menurut objectnya.
1. Menurut Subjectnya
a. Benchmarking Internal
Benchmarking yang dilakukan di dalam suatu organisasi. Biasanya dilakukan oleh perusahaan yang memiliki cabang atau anak perusahaan.
b. Benchmarking Eksternal
Benchmarking yang dilakukan dengan membandingkan perusahaan sendiri dengan perusahaan lain yang sama atau serupa. Benchmarking Eksternal ini dibagi menjadi dua.
- Competitive benchmarking, artinya perusahaan sendiri dibandingkan dengan pesaing utama perusahaan.
- Non-competitive benchmarking, yang terdiri dari dua:
- Functional : membandingkan fungsi yang sama dari organisasi yang berbeda pada berbagai industri.
- Generic : melakukan perbandingan proses bisnis dasar yang cenderung sama pada setiap industri.
2. Menurut Obejctnya
a. Strategic Benchmarking, yaitu Benchmarking yang mengamati bagaimana orang atau organisasi lain mengungguli persaingannya.
b. Process Benchmarking, yaitu Benchmarking yang membandingkan proses-proses kerja.
c. Functional Benchmarking, yaitu Benchmarking yang melakukan perbandingan pada Fungsional kerja tertentu untuk meningkatkan operasional pada fungsional tersebut.
d. Performance Benchmarking, yaitu Benchmarking yang membandingkan kinerja pada produk atau jasa.
f. Product Benchmarking, yaitu Benchmarking yang membandingkan produk pesaing dengan produk sendiri untuk mengetahui letak kekuatan (Strength) dan kelemahan (Weakness) produknya.
g. Financial Benchmarking, yaitu Benchmarking yang membandingkan kekuatan finansial untuk mengetahui daya saingnya.
Manfaat Melakukan Benchmarking
Benchmarking memungkinkan organisasi untuk mengatur realistis, perketat target kinerja baru, dan proses ini membantu meyakinkan masyarakat tentang kredibilitas target ini. Ini membantu orang untuk memahami bahwa ada organisasi lain yang tahu dan melakukan pekerjaan yang lebih baik dari organisasi mereka sendiri.
Benchmarking memungkinkan organisasi untuk menentukan kesenjangan tertentu dalam kinerja dan untuk memilih proses untuk meningkatkan. Kesenjangan ini memberikan tujuan dan rencana aksi untuk perbaikan di semua tingkat organisasi dan mempromosikan peningkatan kinerja bagi peserta individu dan kelompok.
Benchmarking menyediakan dasar untuk pelatihan. Karyawan mulai melihat kesenjangan antara apa yang mereka lakukan dan apa yang terbaik di kelas lakukan. Menutup kesenjangan poin keluar kebutuhan personil yang akan dilatih untuk mempelajari teknik pemecahan masalah dan perbaikan proses.
STUDI KASUS
Studi Kasus Pertama : Perusahaan Samsung Melakukan Benchmarking Pada Perusahaan Apple (Iphone 4)
Tahun 2013 Samsung mengeluarkan produk baru yaitu Samsung Galaxy ace. Namun, terdapat isu pelanggaran hak paten kepada Samsung karena produknya tersebut dianggap menjiplak produk Apple yaitu Iphone 4 karena terdapat kemiripan disisi keunggulan dan fitur namun disertai harga yang lebih terjangkau.
Iphone 4 lebih dulu di luncurkan sebelum Samsung galaxy ace, dari pelanggaran paten, pihak pengadilan memang tidak memutuskan bahwa seluruhnya dilanggar oleh Samsung. Beberapa yang tidak dianggap melanggar antara lain adalah bagian desainnya yang jauh berbeda. Banyak pihak juga yang mengatakan bahwa Samsung telah melakukan penjiplakan terhadap produk Apple. Karena memang sudah terbukti Samsung telah melanggar hak paten dan meniru iphone. Disini sudah jelas bahwa Samsung yang melakukan benchmarking (product bechmarking) terhadap iphone. Sehingga keuntungannya, Samsung bisa lebih menguasai pasar karna memiliki harga yang sangat terjangkau oleh kalangan luas.
Hal mengejutkan juga datang dari pemberitaan di Amerika Serikat ditahun 2014, terungkap bahwa Galaxy S4 mampu mengalahkan penjualan iPhone 5. Tentu ini rekor pertama kali Samsung mampu mengalahkan Apple di pasar kandang sendiri. Dikutip dari GSMarena, Samsung menempati posisi teratas pada penjualan Mei 2013 lalu di AS, Bila di AS saja Samsung mampu mengalahkan Apple, bagaimana dengan pasar di Indonesia dan negara-negara Asia lainnya. Itu sangat menguntungkan sekali bagi Samsung.
Kerugian nya untuk iphone mengalami penurunan, dan dapat dikalahkan oleh Samsung. Dari segi harga maupun kecanggihan nya. Sebenanrnya mereka pernah bekerja sama dalam hal LCD, flash memory, dan prosesor dari Samsung, dan Apple merupakan pelanggan terbesar Samsung. Beberapa perangkat penting iPad dan iPhone, diproduksi oleh Samsung.
Studi Kasus Kedua : Perusahaan Ford Melakukan Benchmarking Pada Beberapa Jenis Produk yang Laris Di Pasar
Ford Taurus yang sangat sukses diperkenalkan sejak permulaan tahun 1980-an juga merupakan hasil dari benchmarking. Ford mula-mula membuat identifikasi 400 ciri dianggap paling penting bagi pembeli mobil di Amerika Serikat, kemudian mengidentifikasi mobil pesaing (sebagian besar mobil Jepang) yang mempunyai ciri-ciri tersebut, dan akhirnya membuat mobil (Taurus) yang mengabungkan ciri-ciri tersebut dengan harga yang kompetitif dengan meniru metode produksi yang dilakukan pesaingnya.
Taurus yang didesain ulang pada tahun 1992, sekali lagi didasarkan pada Benchmarking. Pegangan pintu dan bensin irit Ford merupakan hasil benchmarking dari Chevy Lumina, lampu depan halogen dan roda miring hasil benchmarking dengan Honda Accord, bola lampu belakang yang mudah diganti dan control jendela hasil benchmarking dengan Nissan’s Maxima, dan control radio jarak jauh hasil benchmarking dari Pontiac Grand Prix.
Studi Kasus Ketiga : Perusahaan Honda (Produk Motor Beat) Melakukan Benchmarking dengan Perusahaan Yamaha (Produk Motor Mio)
Yamaha mio adalah pelopor motor jenis matik di Indonesia yang mulanya diperuntukan untuk wanita. Karena produknya yang sangat populer disertai permintaan yang sangat tinggi, tidak lama kemudian Honda melakukan benchmarking lalu meluncurkan Honda Beat dengan jenis yang sama namun memiliki keunggulan yang berbeda. Hingga saat ini Honda Beat mampu menyaingi penjualan Yamaha mio.
Dari artikel tentang bench marking yang saya bagikan diatas, bisa diambil kesimpulan bahwa bechmarking penting dilakukan guna mengetahui kekuatan dan kelemahan yang ada dalam perusahaan dalam berbagai aspek dengan cara membandingkannya dengan internal perusahaan (cabang/bagian lain) atau perusahaan lain dalam industri serupa/pesaing.
0 Response to "Penjelasan Dan Studi Kasus Benchmarking"
Post a Comment